Sabtu, 28 Agustus 2010

Fariz RM, si pemusik sejati



Inilah dia musisi dan penyanyi Indonesia 80-an yang sepertinya seumur-umur bermusik. Fariz Rustam Munaf atau Fariz RM. Ia menguasai hampir semua alat musik standar dikuasai, ditambah dengan beberapa alat musik tradisional. Tidak mengheranan karena memang Fariz mulai mempelajari musik sejak usia belia, 5 tahun. Persentuhan pertamanya adalah piano klasik dengan pengajar sang ibu sendiri yang memang seorang guru les piano. Fariz kecil mewarisi bakat bermusik dari kedua orang tuanya, ibunda Hj Anna Reijnenberg dan ayah H Roestam Moenaf yang adalah seorang penyanyi bintang di RRI Jakarta.

Tahun 1977 merupakan tahun dimana Fariz mulai muncul ke ranah publik dengan mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Tidak atas nama perorangan melainkan vokal grup sekolah yakni SMA 3 Jakarta, bersama teman-temannya yang kemudian juga dikenal di blantika musik tanah air, Raidy Noor, Ikang Fauzi, dan Erwin Gutawa. Tidak tanggung-tanggung, dua lagu ciptaannya terpilih sebagai pemenang. Sejak itulah nama suami Oneng dan ayah tiga anak - Venska, Venski dan Geo- ini mulai dikenal kalangan musisi. Ajakan bergabung atau mendirikan grup baru mulai berdatangan. Adalah Badai Band, Wow, dan Shympony, tiga nama dari banyak grup yang pernah dimasukinya.

Kehandalan Fariz dalam menulis lagu mengolah musik semakin diakui. Tawaran untuk menggarap album, mencipta lagu, membuat jingle iklan, atau membuat ilustrasi musik film pun mulai terbuka lebar. Sakura Dalam Pelukan, Namarina, Tumirah Sang Mucikari adalah contoh kecil dari sekian banyak film yang pernah digarapnya.

Dalam lebih dari tiga dekade berkarya, Fariz telah menelorkan sejumlah hits seperti Sakura (yang merupakan soundtrack film Sakura Dalam Pelukan), Di Antara Kata, Barcelona, Interlokal, Susi Belel, Sandra Ameido. Juga duetnya bareng Norma Younita (Pandang Matamu) dan Neno Warisman (Sebuah Obsesi dan Nada Kasih). Lagu-lagu tersebut terekam dalam 15 album solo dan lebih dari 84 album kolaborasi itu yang pernah dihasilkannya.

Senin, 09 Agustus 2010

Chrisye, sang legenda yang mampu menembus segala usia


Chrisye tidak dapat dibilang penyanyi generasi penyanyi Indonesia 80-an, karena dia muncul jauh sebelum era 80-an. Namun jika menyebut musisi tanah air, namanya ada di jajaran atas karena ia bukan hanya berkarya di era 70 dan 80-an, bahkan namanya dan masih berkibar hingga abad 21.

Mengawali kariernya pada tahun 1967 Chrisye bergabung dengan keluarga Nasution di Komunitas Gank Pegangsaan. Selama setahun ia menjadi bassis dan vokalis pada band Sabda Nada. Berikutnya ia bergabung dengan Gipsy Band (1969-1974), Band The Pro's (1974-1975), dan Badai Band (1979-1980). Dalam kurun waktu tersebut Chrisye sempat dikontrak untuk bermain di New York selama 2 tahun. Bintang Chrisye mulai bersinar di seantero negeri saat ia diminta oleh Prambors untuk menyanyikan lagu Lilin Lilin Kecil karya James F. Sundah dalam Lomba Cipta Lagu Remaja. Lagu tersebut tidak menjadi pemenang namun menjadi lagu yang hits pada masa itu. Selain itu juga didukung oleh keberhasilan film Badai Pasti Berlalu yang soundtracknya digarap oleh Jockie Surjoprajogo dan Eros Djarot dan disuarakan Chrisye.


Yup, dialah sang legenda yang mampu melintasi sekian panjang perjalanan waktu. Dan 80-an adalah salah satu lintasan waktu yang pernah dilaluinya. Bukan hanya selewat lintas namun juga mengindap lindap dan menyisakan kenangan bagi penikmat musik tanah air. Ada 11 album yang diluncurkan dalam satu dekade, awal hingga akhir 80-an. Dari ke-11 album tersebut banyak lagunya yang menjadi hits, diantaranya Puspa Indah, Galih dan Ratna, Lagu Putih, Resesi, Di Batas Akhir Senja, Malam Pertama, Aku Cinta Dia, Hura Hura, Nona Lisa, Kisah Cintaku, dan Pergilah Kasih.
Sementara jika dihitung sejak akhir 60-an berkarya, Chrisye telah menghasilkan 20 album dan lima single.

Berbagai penghargaan pernah diraihnya di antaranya adalah Penyanyi Legendaris BASF (1994), Penyanyi Pop Pria Terbaik versi Anugerah Musik Indonesia (1997), Penyanyi Solo Pria Terbaik kategori Pop, Penyanyi Rekaman Terbaik versi Anugerah Musik Indonesia pada lagu Kala Cinta Menggoda (Guruh Soekarno Putra) pada 1998.
Meski dianggap tidak berbakat menjadi aktor, pria kelahiran 16 September 1949 ini sempat membintangi film Seindah Rembulan dan sebagai bintang tamu di Gita Cinta Dari SMA. Keduanya dirilis tahun 1981.

Pada tanggal 31 Juli 2005, Chrisye harus menjalani rawat-inap di rumah sakit di Singapura karena divonis mengidap penyakit kanker paru-paru stadium akhir. Penyakit inilah yang memaksa ayah empat anak ini keluar masuk rumah sakit dan harus istirahat total hingga ia menghembuskan nafas terakhir pada 30 Maret 2007.


dari berbagai sumber