Senin, 15 November 2010

Nicky Astria, Sang Lady Rocker

Nicky Astria mengawali karir bermusiknya di blantika musik nasional pada usia 17 tahun. Namun lewat album pertamanya yang bertajuk Semua Dari Cinta tersebut Nicky belum mampu menembus minat pecinta musik tanah air. Meski demikian album inilah yang mempertemukan perempuan bernama lengkap Nicky Nastitie Karya Dewi ini dengan musisi rock tanah air seperti Ian Antono, Jelly Tobing, dan Dodo Zakaria.

Lewat tangan-tangan ajaib merekalah kemampuan Nicky terasah hingga menelorkan album keduanya: Jarum Neraka pada tahun 1985. Lewat album dengan penata musik Ian Antono inilah Nicky mulai dikenal publik sebagai lady rocker, menambah jumlah penyanyi rock perempuan yang sudah dikenal sebelumnya yakni Euis Darliah, Renny Jayusman dan Sylvia Sartje. Nicky yang ketika itu paling muda, dengan karakter vokal yang kuat, dan di bawah garapan Ian Antono, jadilah mojang Bandung ini kemudian merajai blantika musik tanah air pada era Indonesia 80-an itu.

Lagu apa saja yang Anda suka dari si teteh ini? Bisajadi banyak :) Saya pilihkan beberapa diantaranya: Biar Semua Hilang, Bias Sinar, Mata Lelaki, Uang, dan Remang-remang Dirimu.

Simak juga videonya :)

Rabu, 03 November 2010

Dian Pramana Poetra, sang penyanyi jazz kita


Dekade 80-an dapat dibilang sebagai masa keemasan Dian Pramana Poetra. Begitu banyak lagu yang beredar pada masa ini adalah ciptaannya, baik dinyanyikan sendiri, bersama Deddy Dukun (2D), K3S, dan 7 Bintang, atau dibawakan penyanyi lain seperti Vina Panduwinata, January Christy, dan Malyda.

Awalnya adalah Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) Prambors 1980 ketika lagu karya Dian masuk 10 Tembang Cantik. Saat itu ia diminta untuk menyanyikan sendiri lagu tersebut. Meski tidak pernah yakin akan kemampuannya bernyayi, Dian setuju saja disuruh menyanyi. Ternyata keraguannya tidak beralasan. Pria yang lahir dari pasangan penyanyi keroncong ini pun diakui sebagai penyanyi dan menyemarakkan blantika musik Indonesia 80-an.

Dian telah mengakrabi dunia musik sejak ia belia. Bukan saja karena sering mendengar ayah ibunya berlatih menyanyi dan memainkan gitar, tapi karena ia juga gemar mendengarkan lagu-lagu standar seperti Nat King Cole, Mat Monroe, dll.

Pada masa SMA Dian bergabung dengan vokal grup sekolahnya (SMAN 37 Jakarta). Bersama Boures Vokal Grup inilah Dian sangat aktif mengikuti festival VG dan kerap jadi juara pertama. Tak ayal, VG inipun jadi langganan tampil di TVRI sepanjang tahun 1978-79. Di VG ini Dian tak hanya menyanyi tapi ia juga mengaransemen lagu-lagu yang akan dibawakan.

Disinilah kemampuannya bermusiknya semakin terasah karena ia harus mempelajari harmoni vokal dan not. Dari situ Dian mulai terpikir untuk membuat lagu hingga berhasil lolos dalam LCLR, ajang yang semakin mengakarabkannya dengan Bagoes AA yang dikenalnya saat aktif di VG.

Adalah Billy J. Boediardjo, nama yang kemudian sangat berpengaruh terhadap karir bermusik Dian. Pria kelahiran Medan, 5 April 1962 ini bukan hanya belajar musik pada Billy namun juga mendapatan kesempatan untuk masuk dapur rekaman. Album pertama Dian bertajuk Indonesian Jazz Vokal di bawah perusahaan rekaman Jackson Record. Saat menggarap album inilah ia bertemu dengan Deddy Dhukun.

Diantara saat menggarap albumnya sendiri, Dian berkolaborasi dengan Bagoes AA dan Deddy Dukun (K3S). Pada masa ini ia juga berhasil membuat album solo ketiga bertajuk Kau Seputih Melati yang sekaligus menjadi lagu kojo dari album yang sempat menuai kritik tersebut. Kemudian berdua dengan Deddy Dukun ia membentuk 2D yang berhasil memunculkan imej nama Dian identik dengan Deddy Dhukun. Sebab tak hanya dalam 2D dan K3S mereka bekerja sama namun juga dalam menggarap album penyanyi-penyanyi lain.

Lagu-lagu Dian PP yang cukup dikenal publik antara lain Gadis Di Cafetaria, Melati Di Atas Bukit, Gelisah, Kubawa Serta, Paseban Cafe dan Papa Sayang Mama.