Rabu, 22 Desember 2010

Ruth Sahanaya, si mungil bersuara dahsyat..



Perempuan yang akrap disapa Uthe ini adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Alfares Edward Sahanaya dan Matheda David yang berdarah Ambon dan Sangir Talaud. Sejak kecil ia gemar menyanyi bahkan sering menjuarai lomba menyanyi. Tapi karier menyanyi baru mulai dilakoninya dengan serius di tahun 1983. Tahun ini tampaknya menjadi tahun yang agak luar biasa buat Uthe dimana ia mengikuti 5 lomba menyanyi dengan mengantongi juara 1 pada dua perlombaan, dan juara 2 pada 3 perlombaan lainnya. Untuk mengembangkan karier menyanyinya Uthe hijrah ke Jakarta, usai menuntaskan pendidikan sekretarisnya di Bandung.

Jakarta sepertinya tempat yang tepat untuk penyanyi Indonesia 80-an ini. Setelah menyabet berbagai penghargaan di berbagai lomba tingkat nasional maupun internasional (salah satunya adalah Live Music Concert di Kuala Lumpur Malaysia), Uthe dilirik PT Aquarius Musikindo. Album pertamanya, "Seputih Kasih" (1987) langsung meledak di pasaran. Begitupun ketika album keduanya, "Tak Kuduga" (1989) diluncurkan langsung mendapatkan sambutan positif dari penggemar musik tanah air. Lagu-lagunya yang menjadi hit pada masa itu diantaranya Tak Kuduga, Amburadul, September Pagi (duet dengan Harvey Malayholo), Astaga, Selamanya, dan Ada.

Sekalipun era 80-an Ruth Sahanaya tidak banyak menelorkan album, namun suaranya yang jernih  berpower ikut mewarnai blantika musik tanah air pada masa itu. Nan tentu saja kepiawaiannya menyanyi di panggung-panggung festival juga telah menjadikan era 80-an sebagai fondasi bagi penyanyi mungil ini dalam menapaki dekade2 berikutnya.

Jumat, 03 Desember 2010

Berbalada bersama Ebiet G Ade



Namanya mulai dikenal publik musik pada akhir 70-an saat ia menelorkan album pertamanya, Camelia. Tiga album bertajuk sama ia luncurkan hingga awal tahun 80-an. Ini semakin memantapkan karirnya di dunia musik. Bahkan awal 80-an ini menjadi masa keemasan Ebiet

Laki-laki yang terlahir dengan nama Abid Ghoffar ini merupakan anak termuda dari 6 bersaudara, buah cinta pasangan Aboe Dja'far, seorang PNS, dan Saodah, seorang pedagang kain di Wanadadi, Banjarnegara, jawa Tengah. Nama Ebiet didapatnya dari seorang guru kursus bahasa Inggrisnya semasa SMA. Sang guru yang orang asing tanpaknya mengalami kesulitan memanggil Abid, jadilah penyanyi Indonesia 80-an terbiasa dengan nama itu. Begitu pun teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Nama ayahnya digunakan sebagai nama belakang, disingkat AD, kemudian ditulis sesuai bunyi penyebutannya, sehingga jadilah nama Ebiet G Ade.

Masa muda Ebiet dilewatkan di lingkungan seniman muda Yogyakarta. Malioboro menjadi semacam rumah baginya, rumah tempat Ebiet terasaha kemampuannya. Motivasi terbesar yang membangkitkan kreativitas penciptaannya adalah ketika bersahabat dengan Emha Ainun Nadjib (penyair), Eko Tunas (cerpenis), dan E.H. Kartanegara (penulis). Meski bisa membuat puisi, ia mengaku tidak bisa apabila diminta sekedar mendeklamasikan puisi. Maka upaya yang kemudian dilakukannya adalah melagukan puisi tersebut atau musikalisasi puisi. Atas dorongan teman-temannya, Ebiet akhirnya mencoba menjangkau dunia rekaman. Setelah beberapa kali gagal, pada tahun 1979 Jackson Record menerimanya. Sembilan album berhasil diluncurkannya bersama perusahaan rekaman ini hingga 1986 ketika Jackson Record tutup produksi. Lagu-lagunya yang sempat berjaya pada masa itu antara lain Elegi Esok Pagi, Lagu Untuk Sebuah Nama, Masih Ada Waktu, Nyanyian Rindu, Titip Rindu Buat Ayah, dan Untuk Kita Renungkan. Pada masa ini juga Ebiet meraih sejumlah penghargaan seperti Golden dan Platinum Record dari  Jackson Record dan label lainnya, menjadi Biduan Pop Kesayangan PUSPEN ABRI, Pencipta Lagu Kesayangan Angket Musica Indonesia, Penghargaan Diskotek Indonesia, terpilih menjadi salah satu dari 10 Lagu Terbaik ASIRI, meraih Penghargaan Lomba Cipta Lagu Pembangunan.

Ebiet sempat merilis 3 album dengan menggunakan bendera perusahaan rekaman sendiri sebelum ia memutuskan mengambil waktu jeda pada tahun 1990. Lima tahun berikutnya ia kembali meramaikan blantika musik Indonesia dan menghadirkan nuansa baru dalam bermusiknya dengan berkolaborasi dengan musisi-musisi tanah air lainnya.

sumber: wikipedia