Sabtu, 05 Maret 2011

Ermy Kullit, Selena Jones Indonesia


Nama lengkapnya Ermy Maryam Nurjannah Kullit. Namun salah satu penyanyi Indonesia 80-an ini lebih dikenal dengan nama Ermy Kullit. Sejak kecil Ermy telah menunjukkan bakat menyanyi. Di usia yang masih belia, Ermy telah sering unjuk kebolehan di pesta-pesta ulang tahun dan perkawinan kerabatnya di tanah kelahirannya, Manado. Namun penampilan profesionalnya baru dimulai kelas 3 SMP setelah Ermy sering tampil di panggung-panggung terbuka secara tunggal maupun bersama band pengiring untuk mengadakan show-show di Kota Manado dan sekitarnya.

Karier profesional mulai digeluti secara serius dengan hijrah ke Jakarta. Bersama penyanyi Indonesia era 80-an lainnya, Melky Goeslaw ia mengisi acara musik di Hotel Marcopolo. Di tempat ini pula Ermy banyak belajar dari seniornya. Rekaman pertamanya adalah dalam bentuk piringan hitam pada tahun 1974. Ermy sempat menyanyi di beberapa tempat sebelum akhirnya bertolak ke Malaysia, Singapura, dan Bangkok.

Ermy kembali ke Indonesia pada tahun 1981 dan bernyanyi di beberapa hotel berbintang sebelum akhirnya memilih menyanyi di Jaya Pub, milik pasangan aktris dan aktor terkenal Rima Melati dan Franz Tumbuan. Di tempat ini pula Ermy kerap menyanyikan lagu Salena Jones, penyanyi jazz legendaris dari Amerika Serikat. Dari situ ia mendapat julukan Selena Jones Indonesia. Dari seringnya menyanyikan lagu-lagu jazz, beruntunglah dia kemudian bertemu dengan pencipta lagu dan pemusik jazz, Ireng Maulana yang di kemudian hari tak hanya mitra kerja tapi juga menjadi pembimbingnya dalam bermusik.

Ermy empat merekam sejumlah album, namun namanya baru melejit untuk pertama kalinya berkat lagu Kasih yang ditulis Richard Kyoto pada tahun 1986. Sejak mulai berkarier di tahun 1973, Ermy tercatat telah menelurkan lebih dari 20 album. Dan ini dia lagu Indonesia 80 dari Ermy Kullit yang bisa kita nikmati: Pasrah, Sesal, Rela, Kecupan Pertama.

Minggu, 20 Februari 2011

Drakhma, band dengan musik kaya


Era 80-an banyak diwarnai oleh musik-musik kreatif dari grup-grup musik tanah air. Salah satunya adalah Drakhma. Nama ini diambil dari nama mata uang Yunani. Drakhma adalah grup musik Indonesia 80an yang beranggotakan Dani Mamesah (drumer), Dodo Zakaria (piano, keyboards), Gideon Tengker (gitar), Rudy Gagola (bass), Ricky Basuki (vokalis).

Drakhma ini menyertakan konsep musik dengan dukungan instrumen tiup atau brass section. Maka mereka membutuhkan pemusik pendukung yakni tiga orang seksi tiup, Wawan Tagalos (trombone, flute) yang juga dikenal sebagai personel New Rollies, Chalik (saksofon) dan Eddy (terompet). Mereka juga dibantu empat penyanyi latar: Uce Anwar, Eva Diana Sari, Christine Budiardjo, dan Daisy Maengkom.

Konsep musik Drakhma sebetulnya eklektik, ada pop, jazz, R&B hingga sedikit blues. Ini mungkin berkaitan dengan latar belakang para pemusiknya yang cukup beragam. Dodo Zakaria, yang pernah terlibat dalam berbagai grup rock dan jazz memiliki kontribusi tersendiri. Dodo Zakaria sempat membentuk Bina Musika Band bersama Erwin Gutawa (bas), Yoyok (saksofon), dan Cendy Luntungan (drum). Dodo pun sempat
bergabung bersama grup rock Ogle Eyes hingga God Bless. Rudy Gagola yang mencabik bass pun lebih banyak berkutat dalam sederet grup rock seperti The Steel, Brotherhood, bahkan sempat menggantikan kakak kandungnya, Donny Fattah Gagola, dalam God Bless. Di awal era 1980-an, Dodo Zakaria dan Rudy Gagolla berkarier sebagai pemusik studio, terutama mengiringi sederet artis-artis musik yang dikontrak Jackson Records & Tapes: mulai dari Iis Sugianto, Ebiet G. Ade, Kiki Maria, Vina Panduwinata, sampai Dian Pramana Poetra. Keduanya selain tampil sebagai player, pun bertugas sebagai penata musik serta pencipta lagu.

Beberapa lagu yang sempat disukai publik penggemar lagu Indonesia 80: Tiada Kusadari, Sekejap, dan Munginkah.

Rabu, 02 Februari 2011

Dede Harris, balada dan kritik sosial


Dede Harris adalah pemusik yang tidak asing bagi penggemar musik di Kota Bandung era 80-an. Ia sering tampil di kampus-kampus dan berbagai panggung yang diadakan para aktivis mahasiswa yang memprotes berbagai kebijakan penguasa orde baru.

Selain piawai menulis lagu bertema kritik sosial, Dede Harris juga pemain gitar yang baik. Maka masuk akal kalau ia disebut-sebut sebagai salah satu guru bermusiknya Iwan Fals. Kemahirannya bermain gitar juga teruji dari kemampuan tangan kidalnya memainkan gitar standar tanpa mengubah susunan senarnya. Penyanyi yang juga berprofesi sebagai pengacara ini sempat banyak menyuarakan lagu-lagunya pada masa reformasi 1998, sebelum meninggal dunia pada Februari tahun berikutnya.

Hingga kini lagu-lagunya masih banyak dibawakan kembali dalam berbagai even oleh para pemusik Bandung, antara lain Hijrah, Demi Mimpi Mimpi, Anak Merdeka, Tsiang Tse, dan Bicara Bagus.

Selasa, 18 Januari 2011

Melayang bersama January Christy


Salah satu penyanyi Indonesia yang mewarnai era 80-an adalah January Christy. Suaranya yang khas langsung disambut publik pecinta musik tanah air ketika album pertamanya, Melayang diluncurkan. Lagu yang merupakan karya duo Dian Pramana Poetra dan Deddy Dhukun pun menjadi andalan. Lagu lain yang bisa kita nikmati disini, Putaran Resah dan Kepastian.

January Christy lama tinggal di Jerman untuk kemudian pulang dan berkarya di Indonesia. Album pertamanya Melayang dirilis pada 1986 dan menyusul Aku Ini Punya Siapa (hit Aku Ini Punya Siapa) setahun berikutnya.

Penyanyi asal Bandung yang gemar berambut pendek ini sempat tersangkut masalah narkoba pada jelang akhir tahun 90-an. Tapi tampaknya ia mencoba bangkit dan meraih kepercayaan publik dengan menelurkan album ketiganya, Putra Sang Fajar yang dirili pada 2001 lalu.

Hari ini ia genap berusia 53 tahun.

Senin, 03 Januari 2011

Hari Moekti, Si Kutu Loncat


Pada pertengahan 80-an, blantika musik tanah air dilengkapi dengan kehadiran Hari Moekti. Sebetulnya ia bukan pendatang baru. Sebelumnya penyanyi yang dijuluki Si Kutu Loncat ini dikenal sebagai personil Makara Band.

Karir bermusik Hari Moekti dapat dikatakan berjalan cepat. Sebelum terkenal sebagai vokalis Makara ia membentuk band di Semarang bersama teman-temannya. Namanya Darodox (dari Bahasa Sunda darokdok atau gemetar). Tapi setelah ayahnya meninggal dunia, penyanyi kelahiran Cimahi ini hijrah kembali ke Bandung dan sempat membentuk Primas band dan New Bloodly band. Tidak lama setelah itu Hari mencoba mengadu keberuntungan di Jakarta dengan bergabung dalam Makara yang dibentuk oleh beberapa anak UI. Hari sempat bertahan 4 tahun di Makara sebelum bergabung dengan Krakatau Band tahun 1985. Kemudian ia memilih bersolo karier. Album solonya Ada Kamu disukai publik. Bukan hanya Ada Kamu yang memang dijadikan andalan, beberapa lagu lain juga melejit di pasaran dan merajai chart atau tangga lagu Indonesia di Radio di Jakarta, seperti JJS Melawai dan Rona Bis Kota. Tapi lagunya yang lain seperti Tantangan, Apel Pertama, dan Nona Nona Nona juga banyak disukai.

Keberhasilan Hari Moekti tentu saja tidak terlepas dari tangan dingin sejumlah musisi, diantara Billy JB, Youngky Soewarno dan Dwiky Darmawan. Dalam olahan musik Pop-Rock, Hari Moekti menjadi lebih berkarakter. Kemampuan vokal dalam nada tinggi yang stabil, dipadu dengan nada lambat yang konstan menjadikan setiap lagu Hari Moekti enak didengar. Inilah yang menjadi salah satu nilai lebih vokal Hari, dimana nada dalam tempo lambat, namun Hari tetap menyanyikan dengan berteriak dan tetap pas dinikmati.

Diakhir karirnya sebagai penyanyi, Hari Moekti sempat membuat band bernama ADEGAN bersama dengan Gilang Ramadhan dan Indra Lesmana, dan melejitkan lagu Hanya Satu Kata. Kini Hari Moekti memilih berdakwah sebagai jalan hidupnya.

Enhanced by Zemanta